khalifah abu bakar as-shiddiq
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini, yang mana
pembuatan makalah ini bertujuan memberikan sedikit dari luasnya pembahasan
Sejarah Kebudayaan Islam. Dan kali ini penyusun membahas tentang sahabat Nabi
yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam makalah ini dipaparkan kehidupan beliau saat
bersama Rasulullah dan saat beliau menjadi Khalifah yang pertama umat Islam.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan
baik dosen maupun rekan-rekan sekalian guna menjadikan makalah ini lebih baik
lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi
salah satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu
orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat
gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan
peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun
11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat
setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu
disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti,
dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti nabi
Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum
Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima islam dan berjuang bersama
Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq
sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam
sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang
paling tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan
bahwa islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke
Madinah dan mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan
Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya
dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan
pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang
pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat
diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash
Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai
yaitu:
1. Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2. Perjuangan Abu Bakar dalam
Berdakwah
3. Proses pengangkatan Abu Bakar
Ash-Shiddiq menjadi Khalifah
4. Permasalahan yang timbul di
kalangan umat Islam dan langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq
mengatasinya
5. Kemajuan kebudayaan Islam pada
masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SILSILAH ABU BAKAR
ASH-SHIDDIQ
1. Nama
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam,
walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan
anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah
adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat
besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya,
karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam
berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang
masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan,
Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah.
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul
Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar
sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun setiap kali
melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai kemudian
ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pad
Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain;
Atiq. Nama ini diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah
purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah.
Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam
Islam. Bakar berarti dini atau awal.
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin
Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada
kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani
Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah.
Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari
menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga
orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
2. Karakteristik
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit
putih. Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus,
tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya
selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam
matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya
dengan memakai hinai maupun katam.” Begitulah karakter fisik beliau.
Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan,
keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam
keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras),
faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka,
sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat
wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia,
selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan
ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterangkan kelak secara rinci hal-hal
yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
3. Isteri
dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin
Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah
Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin
Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman
dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim
al-Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar,
dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin
Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau
datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus
berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga
Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal
Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya
Rasulullah.
2.2 PERJUANGAN ABU BAKAR
DALAM BERDAKWAH
1.
Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam
Sosok Abu Bakar As Shiddiq dikenal sebagai shahabat dekat
Rasulullah, dan merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW.
Beliau menjadi orang yang sangat berjasa besar dalam penyebaran risalah Islam.
Abu Bakar dilahirkan setelah tahun Gajah, maka beliau
lebih muda dari Rasulullah karena Rosul dilahirkan di tahun Gajah. Tetapi para
ulama bersilang pendapat mengenai jarak waktu antara tahun gajah denga waktu
kelahiran beliau. Diantara ulama ada yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan 3
tahun selepas tahun Gajah, ada yang mengatakan 2 tahun 6 bulan, ada yang
berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa menetapkan jumlah bulannya.
Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia
di antara kaumnya. Bahkan Abu Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari
Bani Taim. Dia menjadi orang yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan
sebelum Islam Abu Bakar terkenal sebagai orang yang mampu menjaga diri dari
perilaku perilaku jahiliyah seperti minum khamr, zina, dan bahkan diriwayatkan
bahwa beliau termasuk orang yang tidak pernah bersujud kepada berhala.
Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli
nasab. Dia bahkan menjadi rujukan dan guru para ahli nasab di zamannya seperti
‘Uqail bin Abi Thalib dan yang lainnya. Dan Rasulullah pernah bersabda mengenai
hal ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah R.A.
إن أبا بكر أعلم قريش بأنسابها
“Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang Quraisy yang paling
mengetahui nasab-nasab mereka.”
Beliau juga terkenal sebagai saudagar kaya yang sering
berdagang ke negeri Syam. Beliau menjadi sahabat Rasulullah sejak dari kecil
hingga dewasa, bahkan dalam dunia perdagangan saat Rasulullah menjadi pedagang.
2. Abu
Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam
Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa
jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud kepada berhala dan bahkan berusaha mencari
agama yang benar dan sesuai dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai
pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh ke berbagai wilayah. Dalam
perjalananya inilah beliau selalu berhubungan dengan penganut berbagai agama
demi mencari agama yang paling benar sesuai fitrah manusia. Maka banyak penulis
yang sering menuliskan bahwa keimanan Abu Bakar lahir dari perjalanan
perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai fitrah.
Dikisahkan pula bahwa beliau sering berbincang dengan
orang-orang yang masih berpegang pada ajaran tauhid semisal Waraqah bin Naufal
dkk. Abu Bakar pernah bercerita bahwa ketika dia duduk di sekitar Ka’bah, saat
itu ‘Amru bin Nufail juga sedang duduk. Kemudian lewatlah Umayyah ibnu Abi As
Shalt dan bertanya: “Bagaimana kabarmu wahai pencari kebaikan?” (maksudnya
pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab: “Baik” maka Ibnu Abi Shalt
pun bertanya kembali: “Apa kamu sudah menemukannya?” dan beliau pun menjawab:
“Belum”
Sampainya Dakwah kepada
Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki
hubungan yang kuat dengan Rasulullah Muhammad Saw. di masa jahiliyah. Maka
ketika Rasulullah mengajaknya kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya orang
yang langsung menerima Islam tanpa sedikitpun keraguan. Adapun kisah keIslaman
beliau adalah sebagai berikut:
“Kemudian Abu
Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya: “Apakah benar yang dikatakan
oleh kaum Quraisy wahai Muhammad? Bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan
kami, membodohkan akal kami, dan mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah
menjawab: “Benar, sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah
mengutusku untuk menyampaikan risalahNyadan mengajakmu menunju Allah dengan
benar. Demi Allah ini adalah risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai Abu Bakar
kepada Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan janganlah engkau
menyembah selainNya dan agar selalu setia dalam ketaatan kepada-Nya.” Kemudian
Rosul membacakan Al-Quran dan Abu Bakar tidak mengakui dan tidak pula
mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari berhala, menanggalkan
sekutu-sekutu Allah dan mengakui kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang
dalam keadaan sebagai seorang mukmin yang membenarkan.”
Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa Nihâyah menyebutkan
beberapa riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang
masuk Islam dari kalangan laki-laki. Beliau juga merupakan orang yang pertama
kali shalat bersama Nabi Saw.
Perannya setelah masuk
Islam
Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi
orang yang sangat besar peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam.
Banyak dari sahabat-sahabat besar yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ah
Shiddiq. Diantaranya adalah Zubaeir bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Math’un, Abi Ubaidah bin Jarah, Abi
salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abi’l Arqam. Abu Bakar juga mengajak
keluarganya untk memeluk Islam dan berhasil mengIslamkan putrinya Aisyah dan
Asma’, putranya Abdullah, Istrinya Ummu Rumman, juga pembantunya Amir bin
Qahirah.
Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan
dakwah beliau. Abu Bakar belajar bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad.
Keimanan baginya tak hanya cukup dengan sekedar percaya belaka, namun lebih
dari itukeimanan takkan pernah sempurna sehingga seorang muslim menyerahkan
dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT
Dan Abu Bakar pun menjadi sahabat Rasulullah yang berperan
sangat besar dalam penyebaran risalah Islam. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. Bahwa ketika umat Islam masih berjumlah 38 orang,
Abu Bakar mendesak Rasulullah agar umat Islam tidak lagi menyembunyikan
keIslamannya. Meski Rasul sendiri awalnya menolak usulan ini, namun Abu Bakar
terus mendesak hingga Rosul pun menerima usulan ini. kemudian ketika berada di
Masjidil Haram Abu Bakar pun berpidato sedang Rasulullah duduk. Maka dari itu
Abu Bakar adalah orang yang pertama kali berpidato mengajak kepada Islam.
Ketika itu orang-orang musyrik segera mengeroyok beliau hingga beliau pun babak
belur, tapi beruntung Bani Taim segera datang dan menyelamatkannya dari amukan
kaum musyrikin. Ketiak itu bani Taim yang melihat luka-luka Abu Bakar yang
parah menghawatirkan kalau Abu Bakar akan meninggal. Sehingga mereka kembali ke
Masjid dan memberikan pengumuman bahwa kalau sampai Abu Bakar meninggal maka
mereka akan membunuh Uqbah bin Rabi’ah.
Saat abu bakar siuman, bani Taim pun berusaha menanyainya
namun Abu Bakar terus menyanyakan bagaimana keadaan Rasulullah. Dan Ummu Khair
(ibu Abu Bakar) diminta untuk membujuknya agar mau makan. Namun ia tetap saja
terus menanyakan Nabi Muhammad Saw. karena ibunya memang tak tau menahu tentang
keadaan Rosul, maka Abu Bakar memintanya untuk menayakannya kepada Ummu Jamil
binti Khattab. Ummu Jamil pun datang menemui Abu Bakar dan mengabarkan padanya
bahwa Rasulullah selamat, baik-baik saja dan sekarang sedang berada di Darul
Arqam. Ketika itu Abu bakar pun meminta untuk menemui Rasulullah di Darul
Arqam. Rasulullah dan kaum Muslimin menyambut hangat kedatangan beliau. Saat
itulah ia meminta agar Rasulullah mengajak ibunya untuk masuk Islam dan
mendoakannya agar bisa terselamatkan dari siksa neraka. Kemudian Rosulpun
mendoakan dan mengajaknya kepada Islam. Ummu Khair pun masuk Islam.
Itu hanyalah salah satiu contoh kecil dari ribuan
kisah perjuangan Abu Bakar dalam dakwah dan penyebaran Risalah Islam bersama
Rasulullah. Masih ada banyak lagi kisah-kisah perjuangan Abu Bakar dalam
membela Islam dan Rasulullah Saw. mulai dari siakpnya yang selalu membela dan
pendamping Rasulullah dari berbagai intimidasi dan hinaan kaum musyrikin,
pengorbanan beliau dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah, membebaskan
budak muslim dari siksaan kaum musyrik, infak beliau dalam persiapan Jihad di jalan
Allah, keberaniannya dalam berbagai pertempuran dan peperangan, perjalanan
beliau menemani Rosululah dalam hijrahnya menuju Madinah yang penuh tantangan
sekaligus hikmah dan pelajaran.
Keteguhan beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah
ini menjadikan beliau menjadi orang yang paling dekat dan dicintai oleh
Rasulullah. Sehingga tak heran ketika kabar Isra’ Mi’raj sampai kepadanya tak
ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya mengtakan “Jika yang
mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu pasti benar”. Tak heran ketika QS.
An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama yang menangis karena menyadari
bahwa sahabat dekatnya akan segera meninggalkannya menghadap sang Khaliq. Tak
heran juga jika Rasulullah pun menjadikan belaiu sebagai Imam mengantikan
Rasulullah saat terbaring sakit. Dan tak heran pula, jika umat islam pun
membaiat beliau menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Saw.
2.3 PROSES PENGANGKATAN
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ MENJADI KHALIFAH
Wafatnya
Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari kalangan
shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak yang bingung
menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para Shahabat yang tertunduk lesu
tak mampu menegakkan kakinya, banyak yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata,
bahkan ada yang mengingkari hal ini dan bahkan ada pula yang sampai mengatakan
bahwa Rasulullah tidaklah meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya
sebagaiman Musa AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat
pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah
meninggal.
Bahkan Imam
Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini, seraya menjelaskan bahwa
sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa agama. Dan wafatnya Roslullah
merupakan musibah besar yang menimpa agama ini. Rasulullah bersabda:
إذا أصاب أحدكم مصيبة فليذكر مصابه بي فإنها أعظم المصائب
“Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah
ia menginga musibahnya dengan musibah yang menimpaku, sesungguhnya (musibah
yang menimpaku) inilah sebesar-besarnya musibah.”
Dan sungguh
benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. ini. karena umat Islam ketika
ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi musibah besar yang tiada henti.
Karena dengan wafatnya Rasulullah maka terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian,
dan merupakan awal munculnya para nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad,
dan ini menjadi titik kemunduran pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil
mencapai puncaknya.
Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang dengan
tenang mampu menghadapi musibah besar ini. beliau segera berpidato
membacakan ayat Allah menenangkan kaum muslimin. Beliau pun mengatatkan dalam
pidatonya bahwa sesungguhnya barang siapa menyembah Nabi Muhammad Saw. maka
sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. telah meninggal dan barang siapa menyembah Alla
SWT maka sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tak akan pernah mati,
kemudian beliau membacakan QS. Ali Imran [3]: 144
“Muhammad itu
tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.”
Pertemuan di Saqîfah Bani
Sa’idah
Setelah
berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya mengenai
siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat
bahwa ini merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu
pula, berkumpullah kaum Anshar di Saqîfah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah.
Saat kaum Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk
mengikuti pertemuan ini.
Di dalam
perjalanannya menuju Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa mereka
bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua orang ini bertanya: “Hendak
kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak menemui
saudara-saudara kami di Saqîfah bani Sa’idah.” Keduanya pun
mengingatkan agar kaum Muhajirin mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqîfah
ini. Namun kami tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai kami melihat
seseorang yang sedang terbaring berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar)
bertanya: “Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.” Setelah
kami duduk sejenak salah seorang dari mereka berrpidato dengan menyatakan akan
keutamaan kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah dan membawa Islam
menuju kemajuan seraya mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak mengeluarkan kaum
Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu aku telah menyiapkan kata-kata yang
menurutku paling indah untuk aku sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegahku
dan dia menyampaikan kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak
kusampaikan. Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak
dalam perkara ini. Maka Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu
Bakar selesai berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun mengajukan Umar dan
Abu Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu. Umr
juga mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk
dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum
tersebut. Maka ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun
mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.
Baiat ‘Ammah terhadap Abu
Bakar
Setelah Abu
Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah, di hari
berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah terhadap Abu Bakar. Dalam
riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang
Abu Bakar duduk, dia berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu
bakar yang telah menjadi orang terdekat Rasulullah, yang menemani beliau dalam
gua, yang menggantikan beliau sebagai iman saat beliau sakit. Kemudian Umar pun
meminta agar kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat
Islam. Saat itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun
ganti berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah
seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.
PERMASALAHAN YANG TIMBUL
DI KALANGAN UMAT ISLAM DAN LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
MENGATASINYA.
1. Kebijakan
dalam Urusan Keagamaan
Ada beberapa kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap
Agama antara lain :
a.
Memerangi Nabi
palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada awal
pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat Islam
sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut ialah
timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al
Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi
dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa
pemberontakan dari beberapa kabilah.
Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq membentuk
sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin pasukan
mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang
ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak
berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak
membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing
atau unta kecuali untuk dimakan.
Di antara
wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati
suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah
mereka dan apa yang mereka sembah.”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji,
masing-masing pemegang panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah.
Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Khalid bin Walid diperintahkan
untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang mengaku sebagai Nabi dan Malik bin
Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-Battah, suatu daerah di Arab
tengah.
2) Ikrimah bin Abu Jahal diberi
tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang kepala suku yang mengaku
sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang terletak dipesisir
timur Arab (Yamamah).
3) Syurahbil bin Hasanah mendapat
tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan
tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah Yamamah.
4) Muhajir bin Umayyah diutus
untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-Ansi (orang yang
pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju Hadramaut
untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di Jazirah Arab
selatan.
5) Huzaifah bin Muhsin al-galfani
diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang terletak diwilayah tenggara,
dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka mengaku Nabi.
6) Arfajah bin Harsamah
ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan Oman yang terletak
dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap Islam dibawa
pemimpinan Abu Bakar.
7) Suwaib bin Muqarin
diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak sepanjang pantai
Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu Bakar.
8) Al-Alla’ bin Hadrami mendapat
tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang murtad dari Islam.
9) Amru bin Ash ditugaskan ke
wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di barat laut Jazirah Arabiyah.
Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.
10) Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku
besar bangsa Arab yang ada diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan
Suriah dan Irak yang juga menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.
11) Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum
Riddah yang berasal dari suku Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang
membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu
pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah
seraya berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah
dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Perang Uhud,
‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi Allah, jika
kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan
memiliki eksistensi sepeninggalanmu.”
Abu Bakar
kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah
memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga
berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan
memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
b.
Pengumpulan Al-Qur’an
Selama
peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika
bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari
Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu
“kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn
Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan
bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah
Abu Bakar.
c.
Ilmu Pengetahuan
Pola
pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri
dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain
sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini
disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan
oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini
adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Rasul terdekat.
Lembaga
pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani,
tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat
berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.
2.
Kebijakan dalam Urusan
Kenegaraan
Ada beberapa kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan,
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian
terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah. Misalnya untuk
pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, dan Zaid bin
tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Serta Umar bin
Khathab sebagai hakim Agung. Untuk daerah kekuasaan Islam, dibentuklah
provinsi-provinsi, dan untuk setiap provinsi ditunjuk seorang amir. Antara lain
;
· Itab bin Asid
menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa Nabi
· Ustman bin
Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
· Al-Muhajir
bin Abi Umayyah, amir untuk San’a
· Ziad bin
Labid, amir untuk Hadramaut
· Ya’la bin
Umayyah, amir untuk khaulan
· Abu Musa
Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
· Muaz bin
Jabal, Amir untuk Al-Janad
· Jarir bin
Abdullah, amir untuk Najran
· Abdullah bin
Tsur, amir untuk Jarasy
· Al-Ula bin
hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria) dipercayakan
kepada para pemimpin Militer.
Para Amir
tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan hukum dan
melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai ppemimpin
agama, juga sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian. Namun demikian,
setiap amir diberi hak untuk mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib,
amil, dan sebagainya.
b. Pertahanan dan Keamanan
Dengan
mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi
keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas
di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid
bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
d.
Yudikatif
Fungsi
kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa pemerintahan Abu
bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini
karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat dikala itu dikenal
‘alim.
e.
Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga
mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat dari zakat,
infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut
digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan
aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan
khalifah dilakukan secara musyawarah dengan aklamasi menerima dan mengangkat
Abu bakar. Allah sendiri berfirman :
والذين استجابوا لربهم واقاموا الصلاة وامرهم شوري بينهم ومما رذقننهم ينفقون
“Dan bagi
orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) denngan musyawarah antara mereka, dan mereka
menafkahkan sebagaian dari rizki yang kami berikan kepada mereka”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi
Khalifah dengan jalan Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang tidak ikut
dalam pembai’atan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah setia. Dengan
demikian, secara nyata, pengangkatan Abu bakar sebagai khalifah disetujui.
2.5
KEMAJUAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
1.
Penyebaran dan Kekuasaan Islam
Islam pada
hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan
didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah
dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah,
Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri.
Pada masa
itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat
menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan
itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam
untuk memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat
membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat
perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal
bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi
mempertahankan Islam.
Pada tahap
pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram
tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan
pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan
Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid
yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna.
Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah
yang terletak di pantai teluk Persia, segera duserbu. Pasukan Persia berhasil
diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat
as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap
kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk empat
barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas
menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan
panglimanya itu adalah sebagai berikut :
· Abu
Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
· Amru
bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
· Syurahbil
bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
· Yazid
bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia
dan Romawi baru tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.
2.
Peradaban Islam
Bentuk
peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu
Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun
Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin.
Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah
Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang
mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an
dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan
Abu Bakar terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
· Dalam bidang
penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan
sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan
dari rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber
pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai
negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan
Al-Qur’an.
· Praktik
pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan
atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada
beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah.
Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang
perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
· Abu Bakar
dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu
mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum
muslimin.
· Abu Bakar
tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan memilih
seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta
disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
· Pengukuhan
Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam suatu
baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu perpecahan. Abu Bakar yang
saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika melihat kondisi yang cukup
tegang, beliau berhasil menarik hati kaum Anshar dan mengawali pidatonya dengan
melunakkan hati Anshar dan menengakan keadaan. Barulah setelah itu ia
menyampaikan kebenaran akan hadits tentang siapa yang berhak dalam urusan
kekhalifahan ini.
Kita
semua tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Namun dalam
dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa kebenaran haruslah
disampaikan dengan cara yang benar sehingga tidak malah menimbulkan perpecahan
yang justru merugikan. Begitulah kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang
tidak benar akan sulit untuk membuahkan kebaikan.
Pemerintahan
Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya yang sempurna, mencakup
kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan sangat menakjubkan. Kita sudah
melihat betapa tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap prinsip-prinsip yang
berpedoman pada Al-Qur'an sehingga ia dapat memastikan untuk menanamkan pada
dirinya batas antara kebenaran untuk kebenaran dengan kebohongan untuk kebenaran.
Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong
kaum Muslimin memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam seperti
halnya orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar zakat, dan
orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi. Oleh karena itu Abu Bakar
melaksanakan perang Riddah untuk menyelamatkan Islam dari kehancuran.
Komentar
Posting Komentar